KALABAHI, HORIZON NUSANTARA.COM – Proyek Pembangunan Jalan Strategis Nasional, Ruas Baranusa – Kabir dengan anggaran sekitar Rp 135 Milyar tahun 2021 di Pulau Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT diduga dikerjakan tak sesuai Spesifikasi Teknis (Spek) oleh PT. Anugerah Karya Agra Sentosa (AKAS) karena tak menggunakan Agregat B dan A sebagai lapisan fondasi jalan. Sebagian jalan juga diduga tidak menggunakan lapisan AC-WC. Campran hotmix diduga menggunakan pasir. Juga hanya sedikit menggunakan split dan abu batu.
Seperti disaksikan Tim Media ini pada Sabtu (8/4/23) sejak Pukul 09.10 hingga Pukul 14.15 (sekitar 5 Jam, red), pembangunan ruas jalan yang menghubungkan Kecamatan Pantar Barat (Baranusa) dan Kecamatan Pantar Tengah (Kabir) tersebut tampak dikerjakan dengan kualitas sesuai spesifikasi (sesuai standar jalan nasional, red) pada 5 km pertama (dari Pelabuhan Laut Baranusa (ke arah timur, red) hingga ke luar Kota Baranusa. Hotmix Jalan di dalam Kota Baranusa tersebut tampak hitam, mulus dan tidak berpori-pori (karena dilapisi AC-WC, red).
Namun kondisi jalan tersebut mulai tampak berbeda ketika memasuki km 6 (ke luar Kota Baranusa, red). Warna hotmix mulai tampak memudar. Di km 6,7, tampak kondisi jalan yang ‘bopeng’ sekitar 1 km (hingga km 7,8 arah Kabir, red). Tampak batu pecah/split yang digunakan sebagai campuran aspal telah terlepas dan hilang entah kemana? Akibatnya sekitar 1 km jalan di lokasi tersebut tampak ‘bopeng’ alias berlubang kecil (bekas split yang terlepas dari permukaan badan jalan, red).
Dari pengamatan tim media ini, campuran hotmix di lokasi tersebut diduga tidak sesuai spesifikasi. Tampak campuran hotmix tersebut hanya menggunakan sedikit split (batu pecah kecil, red) sebagai campuran hotmix.
Dari sampel hotmix yang digunakan PT. AKAS yang ditemukan di Kabir (bekas pembongkaran badan jalan yang terlepas akibat kikisan air laut pada Desember 2022 di pantai Kabir, red), diduga perusahaan tersebut lebih banyak menggunakan campuran pasir (hanya sedikit menggunakan split dan abu batu). Akibatnya Split yang hanya menempel pada permukaan jalan tidak dapat diikat oleh campuran aspal dan pasir sehingga mudah lepas saat digilas kendaraan. Kondisi jalan ‘bopeng’ seperti ini baru pertama kali dilihat oleh tim media ini dari ribuan km jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota yang pernah diamati tim media ini.
Di km 7 sampai km 9, tampak lebih dari 20 Titik badan jalan yang retak, pecah, amblas dan patah. Ada beberapa titik yang langsung di perbaiki saat masih dalam waktu pelaksanaan proyek. Sementara puluhan titik lainnya telah diberi tanda untuk diperbaiki dalam masa pemeliharaan. Namun hingga saat ini belum dilakukan perbaikan.
Kondisi permukaan badan Jalan di ruas Baranusa – Kabir tersebut mulai tampak kasar dan banyak retak rambut di km 10 hingga km 18. Permukaan badan jalan di bagian ini, warnanya tampak pucat dan kasar (tidak seperti di km 1 s/d km 5 atau di dalam kota Baranusa yang tampak hitam dan mulus, red). Berdasarkan pengamatan tim media ini, Badan jalan diduga tak dilapisi aspal AC-WC sehingga permukaan badan jalan tampak kasar dan banyak retak rambut.
Padahal spesifikasi standard jalan nasional, pekerjaan hotmix harus menggunakan lapisan AC-WC untuk menutup permukaan lapisan AC-BC yang kasar. Lapisan AC-WC ini tidak saja membuat kondisi jalan jadi mulus tapi juga membuat umur/usia jalan semakin panjang. Jika tak ada lapisan AC-WC maka bakal terjadi degradasi dini (badan jalan rusak sebelum usia penggunaannya, red). Pekerjaan lapsan AC-WC ini merupakan pekerjaan mayor (utama, red) sehingga nilainya cukup besar.
Sementara di km 19 s/d km 24 (sekitar 6 km, red) hanya dilakukan pekerjaan perkerasan jalan dengan urpil gunung dan kali. Tampak beberapa bukit dipotong. Terutama menuju kali/jembatan Tanirang, Kecamatan Pantar.
Ketika akan memasuki Jembatan Tanirang (dari Baranusa ke Kabir, red) tampak longsoran tanah putih disisi kiri jalan. PT. AKAS belum menyelesaikan pekerjaan hotmix sekitar 6 km dari sekitar 30,5 km jalan hotmix yang harus di hotmix.
Setelah itu, kondisi jalan berupa jalan lapen yang berlubang. Jalan lubang ini ditutup hotmix sekedarnya sekitar 7 km hingga memasuki Desa Kabir.
Namun dititik akhir Desa Kabir, tepat ditepi pantai kembali dibangun jalan hotmix sekitar 100 meter dengan standard jalan nasional. Jalan ini dilengkapi dengan drainase, dinding panahan gelombang dan kubus-kubus beton. Di tikungan jalan tampak hotmix yang bergelombang bekas kerusakan akibat kikisan air laut pada Desember 2022.
Di sekitar lokasi tersebut terlihat bongkahan-bongkahan hotmix yang dibongkar. Dari sampel bongkahan yang diambil tim media ini tampak tak ada campuran split. Yang tampak justru campuran pasir.
Setelah melewati jembatan Tanirang (sekitar km 24, red), tampak jalan kembali di hotmix. Namun kondisi seluruh permukaan badan jalan tampak retak dan pecah (sekitar 100 Meter tanjakan dari jembatan, red). Bahkan pecahan aspal terbuka lebar hingga mencapai sekitar 2 cm.
Pecahan aspal di badan jalan ini berusaha ditutup PT. AKAS dengan aspal cair namun pecahan tersebut kembali pecah dan melebar hingga 2 cm. Pecahan ini terjadi di seluruh permukaan badan jalan.
Pekerjaan dinding pembatas jalan dan drainase di lokasi ini pun tampak dikerjakan asal jadi, tidak rapi dan tanpa putar nat. Tampak dinding drainase (disisi kanan jalan/tebing) sudah tergantung dan patah di beberapa titik. Dasar drainase sudah amblas disapu air dan berlubang hingga 70 cm.