Labuan Bajo, Horizon Nusantara.Com – Proyek Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Wae Mese II senilai Rp 144,5 Miliar telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) Jumat (22/7/22) kemarin. Namun proyek tersebut masih menyisahkan sejumlah persoalan, antara lain sumber Air Baku yang tak layak (debit air rendah dan keruh, red) dan PT. Amarta Karya (Amka) Persero juga masih berhutang kepada biaya tenaga kerja kepada beberapa Sub Kontraktor dengan nilai lebih dari Rp 1,2 Miliar.
Berdasarkan hasil investigasi Tim Media ini, sumber air baku yang dipergunakan oleh SPAM Wae Mese II diambil dari Kali Wae Mese dan saluran irigasi dari Bendungan Garong. Padahal berdasarkan informasi yang dihimpun tim investigasi, sesuai rencananya sumber air baku SPAM Wae Mese diambil dari Bendungan Garong yang berjarak sekitar 1 km dari pipa intake/gedung SPAM Wae Mese II.
Namun para petani setempat menolaknya karena air dari bendungan tersebut digunakan untuk mengairi sawah. Alasannya, jika air tersebut digunakan untuk air baku SPAM Wae Mese II maka kapasitas air dari bendungan tersebut tidak akan cukup sekitar 500 Ha sawah di Desa Handel dan Garong, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat.
Karena penolakan tersebut, maka PT. Amka sebagai kontraktor pelaksana dan PPK bersepakat untuk mengalihkan pipa intake 1 (untuk menyedot air baku, red) ke dalam kali (sekitar 1 km setelah tanggul Bendungan Garong, red). Namun air kali di pipa intake tersebut hanya bisa disedot pada musim hujan. Itu pun dengan kondisi air tampak sangat keruh karena sering banjir.
Sedangkan pada musim kemarau, air kali di sebelah bendungan (tempat pemasangan pipa intake, red) akan kering karena debit air bendungan akan surut. Air dari Bendungan Garong pada musim kemarau hanya bisa mengalir lewat saluran irigasi ke persawahan masyarakat dengan debit air yang sangat kecil.
Untuk tetap mendapat suplay air baku di musim kemarau (karena kali Wae Mese kering, red), maka PT. Amka sebagai kontraktor pelaksana juga memasang pipa Intake 2 di saluran irigasi (sekitar 1 km dari Bendungan Garong) untuk mengairi 500 Ha lahan persawahan warga setempat.
Seperti disaksikan tim media ini, di dalam saluran irigasi tersebut sudah dipasang Pipa Intake 2 berdiameter 16 dim. Tak jauh dari pipa intake milik SPAM Wae Mese II tersebut, juga telah terpasang pipa Intake milik PDAM. Seperti disaksikan tim media ini, Pipa intake milik PDAM tersebut hanya bisa menyedot setengah dari kapasitas pipa. Sehinga jika kedua pipa intake (SPAM 16 dim dan PDAM 8 dim) tersebut beroperasi maka air irigasi yang mengairi 500 Ha persawahan warga Desa Handel dan Garong akan kering.
Dengan kondisi tersebut, debit air baku yang akan disedot dari 2 unit pipa intake tersebut, diduga tidak akan mampu menyuplai air baku sebesar 100 liter/detik untuk menyuplai kebutuhan air baku Kota Labuan Bajo, baik kebutuhan warga maupun hotel-hotel berbintang. Dengan demikian, sumber air baku SPAM Wae Mese II senilai Rp 144,5 Milyar dapat dikatakan tidak layak karena airnya keruh (dimusim hujan, red) dan akan kering di musim kemarau.
Sumber yang layak dipercaya dan tahu betul seluk beluk pekerjaan proyek tersebut mengatakan, jika mengikuti kontrak kerja, pembangunan Intake tersebut semestinya dibangun Di Desa Garong yaitu di Bendungan Wae Mese, yang jaraknya sekitar 1 Km dari bangunan rumah pompa dan kantor operasional PT. Amarta Karya (Amka) Persero.
Selain masalah tersebut, proyek SPAM Wae Mese II juga masih meninggalkan sejumlah masalah dengan para sub kontraktor dan para buruh terkait tunggakan upah. Berdasarkan informasi yang dihimpun tim media ini, ada ratusan buruh dari 2 sub kontraktor yang belum dibayar PT. Amka dengan nilai milyaran rupiah.